Sabtu, 23 Oktober 2010

Prajurit Goweser Desersi di Tanah Merah

Jumat siang, kita sepakat untuk membakar lemak dengan naik ke gunung pinang. Bila masih punya waktu,akan di teruskan sarapan Lupis di Cibangkong.
Sabtu pagi jam 05:30 penulis menjemput pak Syamsul untuk bergabung bersama Gowesser lain yang sudah menunggu di pintu masuk Gunung Pinang. Dari GCD -Perumnas-PCI -Pintu masuk Gunung Pinang. Disana sudah menunggu pak Sugeng dengan si merah Collosus + nya. Beberapa saat kita menunggu kedatangan Gowesser lainnya, terutama pak Armen. Sebelum naik kita foto nampang di depan pagar.Jam 06:01 dimulailah prosesi pembakaran lemak kita bertiga. Pak Sugeng dan pak Syamsul didepan,sementara penulis di belakang sambil jepret sana sini. Baru 5 menitan kita kayuh sepeda bersama ,pak Syamsul memutuskan untuk balik dan pulang karena ada janji mengantar istri tersayang jam 06:30.
Terlihat pak Sugeng masih sekitar 30 meteran di depan, wah harus di kejar nih ! gumam penulis dalam hati.
walau peluh mulai bercucuran, oksigen minta di pompa lebih , kayuhan sepeda mulai dipercepat untuk mendekati dan Gowess beriringan. Tak terasa kita sudah melewati tempat jumping DH, sebentar lagi "pos godaan"akan kita lalui. Eeiit....,terlihat dari jauh pak Armen sudah menungu di "pos godaan" itu. Kirain beliau masih minum kopi di rumah, ternyata.... dah 2 batang di situ. Dengan wajah segar dan" napas baru "beliau menemani kita naik ke menara . Saat sampai diatas jam 06:28 sudah ada satu Gowesser lainnya.
Selang beberapa saat muncul pak Ketut, pak Raharjo,pak Sumartono , pak Gunawan, pak Yadi, kang Agus Pemda, pak Halil ,pak Supandi dan 2 Gowesser lainnya.
Akhirnya suasana pagi diatas menara gunung Pinang menjadi ramai oleh kegembiraan para Gowesser. Berfoto menjadi kegiatan wajib saat itu, hehehe..

Diantara obrolan mereka,akhirnya di putuskan untuk menuju Lupis Cibangkong lewat jalan pintas yang banyak batu makadamnya.Pak Supandi sebagai penunjuk jalannya. Terbayang Lupis lezat, pasti cepat nih  jalur bypass nya pak Supandi ini, pikir penulis dalam hati. Kemudian satu persatu kita meluncur turun.
Sesampainya di bawah, pak Sugeng dan pak Gunawan minta ijin untuk pulang. Pak Supandi di depan memandu  kita ber 6 berbelok ke kiri ke arah cilegon. Setelah melewati Pom bensin ,akhirnya berbelok ke kiri menuju jalur bypass.Beberapa kayuhan ke depan terlihat di sebelah kiri ada bangunan Masjid Al-Ihlas yang besar menunggu prosess finishing. Jalan yang kita lalui masih berupa jalan beton. Sekitar  500meter akhirnya jalan beton berubah menjadi jalan tanah. Semakin ke dalam terlihat hamparan sawah dikanan kiri jalan. Tanah padat berganti dengan tanah merah yang gembur. Kayuhan sepeda mulai terasa berat. Terlihat didepan pak Supandi ,pak Sumartono dan pak Yadi masih melaju tanpa masalah. Pak Rahardjo,pak Halil ,pak Armen serta penulis mulai turun dari sepeda untuk melepas tanah merah yang menyumbat putaran roda. Terlihat lumpur tanah merah sudah melumuri rantai sepeda.  Setelah berjuang melepas lumpur merah yang tak kunjung habis, akhir nya kita mengibarkan bendera putih tanda menyerah dan kembali ke markas masing masing..... aduh.... kasihan banget prajurit ini.... .Maunya Lupis, dapetnya Lumpur merah....
Silahkan klik link ini untuk melihat foto yang desersi dan yang pantang menyerah

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Tamu

free counters

Alexa

Sepedaanku , JLS dan Lupis ... ©Blogger Green by Dicas Blogger. Kisah Kisah Teladan Alkisah Teladan.

TOPO