Menyusuri trek offroad Kebun Karet dan Menembus kegelapan Lorong Hutan Bambu
Dear all biker,
Setelah tertunda hampir 2 bulan karena menunggu pemulihan fisik Cak Isom ba'da operasi, Alhamdulillah akhirnya touring Grup Waka-Waka Bike dapat terlaksana. Sebenarnya ada keraguan touring ini tidak jadi lagi karena sampai jum'at siang tak ada kabar perihal pick up.
Pick up yang biasa dipakai touring, telah duluan dibooking grup lain yang mau berangkat ke Rindu Alam Puncak.
Rencana awal, hari pertama kami mo gowes di Hutan Jati Cibungur Purwakarta. Dan hari kedua, gowes blasak blusuk di Kebun Teh Panglejar atau join dengan rombongan MTBCikarang ke Curug Malela.
Namun, meskipun target touring telah ditentukan jauh hari, kami tak ada persiapan sama sekali, guide tidak ada jadi trek sama sekali buta,
GPS tidak punya, base camp juga ngga ada
"Nekat saja Mang !! Ngga perlu disurvey. Trek sedapetnya. Tidur di mana saja.Kami siap sengsara" begitu mayoritas suara yg masuk.
"Ya..okelah kalow begitu"
Hari pertama : Menyusuri trek offroad Kebun Karet dan Menembus kegelapan Lorong Hutan Bambu
Rumah Makan Sate Maranggi Cibungur
Woro-woro diminta kumpul jam 06.00 di Lingkar Selatan, tempat Cuci Mobil kepunyaan pak Muslikh. Pasukan baru lengkap jam 7 lebih.
Sekitar pukul 08.00 kita baru berangkat. Perjalanan menuju Purwakarta relatif lancar. Pukul 11.00an sudah nyampey di lokasi.
Para peserta touring tanpa babibu langsung menyerbu dan melahap sate kambing, sop dan karedok. Dalam hitungan detik nasi dan sate sudah berpindah tempat ke perut para biker yg kelaparan.
Abiz makan siang peserta terbagi 3, sebagian biker ada yang bongkar pick up, sebagian lagi ada yang informasi trek, bertanya2 sama tukang parkir he...he.... itu tugas spezialis M/A, dan sisanya melaksanakan ibadah Sholat. Bergiliran.
Alhamdulillah, tepat di seberang jalan area parkir ada mesjid.
Pukul 12.30an dengan hanya berbekal secuil informasi trek, kami mulai genjot, gowes onroad 100meter ke arah sebelah kiri rumah makan.
Tepat seperti yg diinfo tukang parkir, ada jalan setapak. Tak sabar menyicipi trek ini, M/A sama Tiyo segera meluncur memasuki hutan jati, jalannya cukup lebar sekitar 50cm, trek tanah merah kering dan menurun. Trek ini semakin lama semakin turun dan meliuk-liuk. Di belakang terdengar teriakan kegembiraan para W2Ber. Begitu ketemu per4an, sesuai instruksi tukang parkir, Ane minta Tiyo yang berada di depan untuk belok kiri, sementara ane berhenti menunggu yang lain, takut salah belok, setelah lengkap baru ngikut belok kiri. Tak berapa lama kemudian terdengar teriak kekecewaan dari rombongan depan....buntu...buntu....
Waduh buntu euy.....
Egi sang leader, segera balik arah ke per4an, kalau tadi ngambil kiri, sekarang ambil lurus. Trek tanah merah bercampur rumput, dan tetap dengan kontur menurun. Terdengar gelak tawa di depan, rupanya jalan ini buntu juga, berakhir di pematang sawah (Foto No.003). Nampak hamparan sawah yang menghijau bak permadani alam. Inilah enaknya gowes dengan Rombongan Perusuh, diajak nyasar oke-oke saja,
malah ketawa-ketawa,
"Tenang saja Mang....kita ngikutin kemana maunya si Mang"
Tadinya ane mo nekat turun ke pematang sawah, namun Cak Isom yang hari itu bertindak sebagey Kepala Suku tidak setuju. Rupanya GPS alami Kepala Suku sudah diaktifkan (GPS=Gunakan Peeling Sendiri, he...he... orang sunda kalau ngucap F menjadi P) Kita diminta balik arah menuju jalan raya kembali.
5 meter menjelang jalan raya, ternyata ada jalan setapak yang tertutup rerumputan, Ooh...rupanya ini dia jalan yang dimaksud tukang parkir.
Segera kita memasuki jalan tsb. Kayaknya jalan setapak ini jarang dilalui oleh penduduk setempat, selain banyak ranting berserakahan yang menghalangi jalan, juga daun2 terulur menutupi pandangan kami.
Rombongan sempat terpecah. Meskipun diserang gigitan nyamuk, di dalam hutan kami menunggu dengan sabar rombongan yg balik lagi
ke tempat parkir.
Setelah regrouping, kami meneruskan merambah trek hutan jati ini.
Ujung dari trek ini ternyata adalah jalan aspal kampung.
Setelah bertanya2 pada tukang ojeg yang kami temui di jalan, diperolehlah jalan yang benar menuju Kebon Karet.
Kebon Karet Cikumpay
Waktu menunjukan pukul 13.30 ketika kami memasuki kawasan Kebun Karet Cikumpay. Udara waktu itu cukup panas. Dgn kondisi udara seperti itu, gowes di atas aspal menambah derita.
Makanya begitu menemukan trek offroad, pasukan segera berbelok. Trek tanah merah kering selebar 1 meter ini (foto no.007 dstnya) adalah trek yg panjang dan lurus, kadang meliuk-liuk, kontur jalan kadang rata,
di ruas lain menjadi bergelombang, trek kadang menyempit kemudian melebar lagi. Wahh....pokoknya enak sekali, tak henti-hentinya para W2Ber mengerang kenikmatan melibas trek ini.
Sengaja kami keluar dulu dari Kebon Karet, menuju mess perumahan karyawan, dengan maksud untuk mencari base camp.
Namun yang kami temui adalah sebuah warung, yang ditungguin pemiliknya seorang dara berparas cantik, berkulit putih dan berbaju merah.
Seorang biker langsung berhenti, seraya berteriak air habiz...air habiz....Dan, dengan kompak diaminin oleh seluruh biker,
hauz...hauz.... tambah air.... tambah air......
Ha....ha......para perusuh ini memang kompak, satu suara, satu hati dan satu selera ..................
Karena melihat wajah2 liar dan blingasan, si kembang desa menjadi ngeri dan ketakutan, segera masuk ke dalam rumah,
walhasil yang melayani kami membuatkan minuman adalah ibunya atau mungkin kakaknya,
sedangkan mangsa yang diincer teteb tidak keluar sampai kami berangkat lagi......he....he.... emang apes
Touring hari ini emang tidak ada target,
mau sampai dimana, sampai jam berapa
tidak ditentukan sama sekali, alias bebas sesuka hati
Apalagi gowes dengan rombongan perusuh kayak W2Ber ini,
mau pagi, mau siang, mau sore, bahkan malam pun jadi
hujan dan panas bukan halangan bagi mereka
nanjak hayu, turun oke
onroad dikayuh, offroad digenjot,
tetebe tak ngeluh,
manggul sepedapun tidak complain
Pokoknya gowes kayak gini membuat kenikmatan tersendiri,
nggak ada beban,
sepanjang jalan cekakak cekikik,
setiap masuk kampung bikin rusuh terus, apalagi kalau ketemu mojang parahyangan, ada saja yang mereka tanyakan
Selepas istirahat di warung, dan keluar dari kampung itu, kami gowes di atas trek berbatu halus dan berpasir.
Semakin gowes ke tengah kebun, pohon2 karet semakin besar dan tinggi,
jaraknya yang berdekatan membuat trek yang kami lintasi berada di bawah rerimbunan daun
Kami seakan memasuki lorong yang tiada ujungnya,
di bawahnya berserakahan daun2 yang dengan rapihnya menutupi setiap jengkal tanah
Berkilo-kilo meter kami mengarungi trek jalan setapak seperti itu.
Teduh dan adem
Sunyi senyap sama sekali tak ada kehidupan
Kebayangkan nuansa nya ? Mungkin panoramanya seperti wallpaper dalam komputer bapak2 sekalian
Syurga bagi biker penggemar trek ecek-ecek kayak kami
Di tengah asyiknya kami bercengkrama dan berma'syuk ria dgn sepeda masing2 he...he....,
tertawa bersama dan berfoto ria di dalam kebon karet.
Sayup2 dari kejauhan terdengar deru motor seakan memecah keheningan dan mengusik ketenangan kami
Muncul dua anak manusia, anak dan bapak, dari arah sebelah kiri kami
Oh.....kayaknya sudah dekat dengan perkampungan
"Warung Mang....cari warung........" ha...ha.....dasar
Pak Anto refleks membelokan handlebar mengikuti jalan setapak dari arah datangnya motor
Jalur ini menurun terus....lumayan ah....setelah trek datar terus menerus akhirnya dapat turunan juga
Dan, jalur ini berujung di lapangan bola (Foto No.018). Dari lapangan bola ini, jalur dapat diteruskan dengan tetap menelusuri jalan setapak (Foto No.017).
Sebelum memasuki perkampungan, kami disuguhin turunan uhuyy terlebih dahulu (Foto 019-021), semuanya biker menjerit kegirangan
Di dalam kampung ini, lagi2 W2Ber bikin ulah, yang aslinya dari Cilegon tidak bisa berbahasa sunda, aneh bin ajaib di kampung ini mereka lancar ngomong sunda
Kang Iday dan M/A yang sudah mematok harga jasa penterjemah, hari itu nihil dari orderan
Keluar dari kampung itu, kontur jalan berubah menjadi jalan aspal, rupanya pembangunan di daerah Purwakarta berjalan dengan bagus,
jalan aspal kampung saja sangat mulus dan tebal, beda jauh dengan di Cilegon terutama jalan JLS.
Entah mengapa, hari itu kami begitu membenci trek onroad, cukup 1KM-an saja kami mengarunginya.
GPS alami Cak Isom beraksi kembali, begitu melihat ada jalan tanah selebar 1 M, meskipun sudah diperingati oleh seorang bapak bahwa jalan itu buntu,
Dia nekat, menginstruksikan kami untuk masuk ke jalur itu.
Tiyo dan ane dengan semangat segera mendahului biker lain untuk melalap trek ini.
Banyak persimpangan di jalur ini, namun kami manut dengan arahan Kepala Suku untuk lurus terus
Oo.. ala...... jalur ini berakhir di kebun karet lagiii.....
Prikitiw..........
Istirahat dulu sambil foto2, setelah itu gowes maning menembus kerindangan hutan karet.
Dalam hutan ini terdapat sedikit tanjakan makadam
Wah ternyata bener juga kata pak tua tadi, jalan ini buntu, 50meter di depan kami, hutan karet di halangi oleh benteng yg tak berujung.
Sempat bingung juga kita
Cak Isom sempat memerintahkan untuk balik arah
Namun, di kejauhan terlihat di atas dedaunan ada galah2 bambu yang bisa berjalan sendiri
Kami yg melihatnya jadi kaget, tapi lantas kemudian terdengar suara2 orang
Oo rupanya ada beberapa pemburu sarang semut yg bawa alat buruannya
Hi...hi....sempat kaget kok bambu bisa jalan sendiri
Kesasar nyampe Sadang
Informasi para pemburu itu, kami disilahkan untuk menyusuri jalan setapak di samping benteng, karena beberapa puluh meter kemudian
terdapat benteng yang sudah dijebol penduduk setempat
Rupanya benteng itu adalah batas antara hutan karet dan pemukiman penduduk.
Keluar dari kampung itu, kami mendapatkan jalan raya, setelah tanya sama mojang yang jagain kios pinggir jalan (masih cilik tapi cantik)
ternyata ini adalah jalan raya Sadang-Subang,
wuih....kami nyasar cukup jauh,
Sebenarnya tujuan Cak Isom, kami akan finish di jalan raya Cikampek
Nyasar berattt..... arah utara yang dituju..... arah selatan yang kami dapatkan ha........ha.......ha..........
"Ya udah ngg papa, kita gowes sebentar di jalan raya ini, setelah jembatan nanti kita cari belokan ke arah kanan," begitu timpal Cak Isom
ketika M/A mengajak balik lagi ke jalan semula, masuk kebon karet lagi.
"Ya..okelah kalow begitu," jawab ane tanpa ada perasaan menyesal
Jalan raya itu sangat padat, udah gitu nanjak lagi, asap knalpot bis menerpa wajah2 kami yg sedang ngos2an melahap tanjakan
Selepas jembatan, M/A yang berada di depan tak henti2 menoleh ke sebelah kanan
Pucuk dicinta ulam tiba, di ujung tanjakan, di sebelah kanan ada jalan aspal kecil,
di atasnya tertera tulisan "Anda memasuki kawasan Desa Cimaung"
Wih..namanya seyem, kampung maung euy... jigana banyak harimow
"Teu nanaon atuh mang, macan oge, eta mah macan awewe-na" kata Bang Jack ha...ha.... bisa aja
Lorong Gelap di Hutan Bambu
Mematuhi anjuran si eNeng yang kami temui di ujung tanjakan, kami belok masuk ke arah perumahan Dianrana. Lagi2 GPS alami
Cak Isom beraksi kembali.
Di dalam komplek itu, kami diminta untuk belok ke arah kanan menyusuri jalan setapak menuju daerah antah berantah (Foto No.030)
Keliatan bahwa jalur ini akan berujung di benteng lagi. Buntu kayak tadi
M/A segera ambil inisiatif belok ke arah kiri (trek tegal ini banyak simpangannya), menyusuri benteng,
Pikirku,"paling2 ujung2nya kita nyeberang kali" karena kontur jalan menjadi menurun
He..he... ternyata tebakan salah, di depan ada rollcoaster mungil, hanya berujung sungai kecil
Lumayan ..............
Di atas rollcoaster jalan bercabang lagi
Tiga biker mencoba jalan yang lurus, M/A menunggu saja di pertigaan tadi
Tak lama kemudian, yang tiga orang balik lagi
"Jalan raya Mang,"
Ya uis lah, segera ambil arah kanan memasuki jalan setapak lagi.
Sisi kanan jalan setapak ini adalah kebun palawjija penduduk,
dan sisi kiri adalah Hutan Bambu
Begitu menemui per3an iseng2 masuk ke dalam Hutan Bambu ini,
wih ternyata memberikan sensasi tersendiri gowes di kegelapan lorong2 Hutan Bambu
Tanahnya licin, banyak yang jalan yang buntu
Session foto berlanjut di tempat ini
Yang kami takutkan waktu itu hanyalah ular saja, biasanya binatang berbisa ini betah hidup di tempat kering kayak hutan bambu ini.
Selamat dari hadangan jebakan hutan bambu, kami masuk lagi ke trek kebun palawija.
Lagi2 ujung dari jalan ini, kami menemui per4an.
Anto inisiatif ambil kanan
Daeng Andi ta suruh ambil lurus
Agak lama nunggu Anto balik
Ternyata sama saja, dua jalur yang disurvey berujung jalan buntu.
Dengan terpaksa kami mengambil arah kiri menuju jalan raya.Yaa mau nggak mau di ujung perjalanan hari ini, selama kurang lebih 2KM harus diakhiri dengan menempuh jalan onroad.
Speedometer menunjukan bahwa total perjalanan hari itu adalah 22.6KM yang kami tempuh selama 4 jam lebih dikit
Start pukul 12.30 berakhir di tempat yang sama pukul 16.35
Pendek, tidak berat, namun sangat berkesan
Setelah loading sepeda, mandi dan sholat Ashar, kami segera bergegas mencari base camp di purwakarta kota
Oke teman, sekian dulu jurnal touring hari pertama,
Nantikan journal touring hari kedua, uphill offroad Purwakarta - Wanayasa via Hutan Jati sepanjang 50KM,
berikut laporan pandang mata survey sabtu malam ke trek uka-uka, hiyy....kami tersesat ke kuburan tua
di atas Hutan Jati ngeriiii .........
Foto foto bisa di lihat disini
Salam touring slalu,
M/A - mantan jurnalis gadungan